Tradisi Masyarakat Jawa Indonesia Sambut Ramadhan

Kita Tahu Indonesia Merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Dan tak dapat kita pungkiri banyak budaya,adat istiadat,tradisi dinegeri yang Bersemboyan "Bhineka Tunggal" ini.Termasuk kekayaan Tradisi menyambut kedatangan bulan Ramadan. Masyarakat Indonesia Mempunyai Tradisi unik dari setiap suku. Khususnya dalam artikel ini kita bahas tradisi dari Masyarakat jawa, Diantaranya sebagai berikut :

1. Megengan (Surabaya, Jawa Timur)

 
tradisi magengan

Dimulai dari tempat Tinggal Penulis. Di Surabaya, menjelang Ramadhan ada tradisi yang disebut ‘Megengan’. Konon, tradisi ini dimulai dari kawasan Ampel, di sekitar Masjid Ampel, Surabaya. ‘Megengan’ ditandai dengan makan apem, semacam serabi tebal berdiameter sekitar 15 senti, dibuat dari tepung beras. Apemnya nyaris tawar, seperti kue mangkok yang dipakai warga keturunan Tionghoa untuk sembahyangan menjelang Imlek.

Diduga nama apem atau apam berasal dari kata afwan dalam bahasa Arab yang berarti maaf. Tradisi makan apem ini untuk memaknai permintaan maaf kepada sesama saudara, kerabat, dan teman. Sebetulnya, yang terjadi bukanlah sekadar tradisi makan apem, melainkan melaksanakan selamatan atau tahlilan dengan hidangan apem dan pisang raja untuk mendoakan arwah saudara dan kerabat yang telah meninggal, sekaligus minta maaf. Setelah tahlilan, apem dan pisang dibagikan kepada semua keluarga dan tetangga.

Tradisi 'Megengan' Juga ada yang menyebutnya dalam bahasa Jawa disebut 'nyekar' biasanya saat warga mendekati puasa Ramadhan. Ribuan peziarah pergi, tiba untuk mengirim doa kepada keluarga dan kerabat mayat dapat diterima dan diampuni dosa-dosanya dan diterima di Allah SWT.
"Mengunjungi atau ziarah ke makam orang tua sebagai anak yang berbakti dan keturunan cucu. Karena ada pepatah, amal yang tidak terputus bahkan jika anak tersebut sudah mati adalah doa kepada orang tuanya, "
Masyarakat Jawa masih percaya doa-doa yang disampaikan pada Tradisi 'Megengan' atau 'nyekar' Tuhan Yang Maha Kuasa akan diberikan. Doa yang ditawarkan doa untuk leluhur yang telah meninggal dan untuk keselamatan anak-anak dan keturunan selanjutnya hidup di dunia dan akhirat.

2. Padusan (Yogyakarta, Jawa Tengah)
tradisi padusan

Tradisi Padusan diambil dari Kata bahasa Jawa 'adus', yang artinya mandi. Tradisi ini juga ada dibeberapa wilayah jawa timur. Tetapi Kebanyakan ritual ini banyak dilakukan oleh warga Yogyakarta, Jawa Tengah,dan beberapa tempat lainnya. . Ritual yang dilakukan pada sehari sebelum Ramadan. Makna dari ritual ini adalah membersihkan jiwa dan raga saat memasuki bulan suci.

3. Perlon Unggahan (Banyumas, Jawa Tengah)
tradisi perlon

Menjelang bulan Ramadhan, masyarakat di Banyumas akan mengadakan syukuran besar-besaran yang disebut ‘Perlon Unggahan’. Aneka macam masakan tradisional disajikan, di antaranya daging serundeng sapi dan sayuran berkuah yang wajib dihidangkan. Kedua menu tersebut uniknya harus disajikan oleh para pria dewasa, dan jumlahnya harus 12 orang. Atau jumlah orang bisa disesuaikan dengan kambing atau sapi yang dikorbankan.

4. Dugderan (Semarang, Jawa Tengah)

tradisi  dugderan

 

Sudah tak asing lagi Untuk Tradisi ini sering diliput oleh media. Tradisi ‘Dugderan’ ini berasal dari kota Semarang, Jawa Tengah. Nama ‘Dugderan’ sendiri berasal dari kata “Dug” dan “Der”. Kata Dug diambil dari suara dari bedug masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya awal bulan Ramadhan. Sedangkan kata “Der” sendiri berasal dari suara dentuman meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan bedug. Tradisi yang sudah berumur ratusan tahun ini terus bertahan di tengah perkembangan jaman. Biasanya digelar kira-kira 1-2 minggu sebelum puasa dimulai.

Karena sudah berlangsung lama, tradisi ‘Dugderan’ ini pun sudah menjadi semacam pesta rakyat. Meski sudah jadi semacam pesta rakyat (berupa tari japin, arak-arakan (karnaval) hingga tabuh bedug oleh Walikota Semarang), tetapi proses ritual (pengumuman awal puasa) tetap menjadi puncak ‘Dugderan’. Untuk tetap mempertahankan suasana seperti pada jamannya, dentuman meriam kini biasanya diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran. Bleduran terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya, untuk menghasilkan suara seperti meriam biasanya diberi karbit yang kemudian disulut api.

Dugderan merupakan festival untuk menandai dimulainya ibadah puasa di bulan Ramadan di Kota Semarang. Dugderan dilaksanakan tepat 1 hari sebelum bulan puasa. Kata Dugder, diambil dari perpaduan bunyi bedug yaitu dug, dan bunyi meriam yang mengikuti kemudian diasumsikan dengan der. Dahulu, acara ini menjadi cara pemerintah daerah untuk memberi informasi kepada warganya bahwa bulan Ramadan telah datang. Dugderan saat ini berkembang menjadi sebuah pesta rakyat yang berpusat di Simpang Lima Semarang.


5. Mungguhan (Jawa Barat)
tradisi munggahan

Dari Jawa Timur sudah, dari jateng juga sudah. Ini yg dari Jabar punya Tradisi ‘Mungguhan’ adalah satu kegiatan berkumpul bagi anggota keluarga, sahabat dan bahkan juga teman-teman kita saling bermaaf-maafan sambil menikmati sajian makanan khas untuk kemudian mempersiapkan diri masing-masing dalam menghadapi bulan Ramadhan yang akan datang. Tradisi ini adalah kebiasaan yang dilakukan oleh orang sunda dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Biasanya tradisi ini dilakukan oleh hampir semua golongan masyarakat walaupun dengan cara yang berbeda-beda. Tetapi intinya tetap satu, yaitu berkumpul bersama sambil menikmati sajian makanan yang disuguhkan. Inilah tradisi yang biasa dilakukan di tengah masyarakat sunda pada umumnya yang secara turun temurun terus dipertahankan oleh setiap generasi berikutnya.


6. Nyorog (Betawi)

tradisi nyorong

 

Disisi barat jawa tepatnya Di Betawi, tradisi ‘Nyorog’ atau membagi-bagikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, seperti Bapak/Ibu, Mertua, Paman, Kakek/Nenek, menjadi sebuah kebiasan yang sejak lama dilakukan sebelum datangnya bulan Ramadhan. Meski istilah ‘Nyorog’nya sudah mulai menghilang, namun kebiasan mengirim bingkisan sampai sekarang masih ada di dalam masyarakat Betawi. Bingkisan tersebut biasanya berisi bahan makanan mentah, ada juga yang berisi daging kerbau, ikan bandeng, kopi, susu, gula, sirup, dan lainnya. Tradisi ‘Nyorog’ di masyarakat Betawi memiliki makna sebagai tanda saling mengingatkan, bahwa bulan suci Ramadhan akan segera datang, selain itu tradisi ‘Nyorog’ juga sebagai pengikat tali silahturahmi sesama sanak keluarga.

Sebenarnya Masih banyak lagi Tradisi Masyarakat Jawa Sambut Ramadhan, beberapa diantaranya tertera diatas tersebut, Semoga dapat menambah wawasan Pembaca.